BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT
adalah dzat yang maha perkasa, keperkasaan Allah tiada bandingannya, tidak
terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta ini untuk
kepentigan umat manusia, dalam menciptakan alam Allah tidak pernah meminta
bantuan terhadap mahluk lain, oleh karena itu kita sebagai hamba Allah
hendaknya selalu memuliakan-Nya, kemampuan Allah dengan cara selalu mentaati
seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan juga menjauhi segala sesuatu yang
telah di larang-Nya.
Kemampuan Allah dalam menciptakan
alam beserta isinya merupakan wujud dari Asmaul Husna yaitu Al-Aziz, Allah
memiliki 99 Asma’ul Husna, termasuk di antaranya ialah Ar-Rohman, Ar-Rohim,
Al-Malik, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Aziz, Al-Jabbar,
Al-Mutakabbir, Al-Khooliq, Al-Baari’, Al-Mushowwir dan seterusnya. Nama-nama
tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Adanya Asmaul Husna sebagai
bukti bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, untuk itu maka kita wajib
mengamalkan Asmaul Husna ke dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan
Masalah
1. Menguraikan 13 Asmaul
Husna yakni (Ar-Rohman, Ar-Rohim,
Al-Malik, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Aziz, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khooliq, Al-Baari’, Al-Mushowwir).
2. Menujukan perilaku orang yang mengamalkan 13 Asmaul Husna (Ar-Rohman, Ar-Rohim,
Al-Malik, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Aziz,
Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khooliq, Al-Baari’, Al-Mushowwir) dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 13 Asmaul Husna (Ar-Rohman, Ar-Rohim,
Al-Malik, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Aziz,
Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khooliq, Al-Baari’, Al-Mushowwir) dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Tujuan
Tjuan penulisan tugas makalah ini adalah :
1. Mengembangkan
wawasan penulis tentang Akidah khususnya Asma’ul husna.
2. Mengenal
Asma`ul Husna dengan bersungguh-sungguh kemudian memahamimaknanya serta beribadah kepada Allah sebagai penguat iman.
BAB II
ASMA’UL HUSNAH
A. Pengertian Asma’ul
Husnah
Menurut
bahasa, asma’ul husna berarti nama-nama yang baik, sedangkan menurut istilah
berarti nama-nama baik yang dimiliki Allah sebagai bukti keagungan dan
kemuliaan-Nya. Di dalam al-Qur’an nama-nama yang baik dijelaskan pada Qs.
Al-A’raf/7: 180 sebagai berikut :
Artinya: “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat balasan
terhadap apa yang Telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-A’raf/7: 180)
Nama-nama indah (Asmaul Husna) yang
berjumlah 99 menurut hitungan ulama Sunni, dapat dirangkai secara kronologis
begitu indah ibarat seuntai tasbih. Dimulai
dengan lafadz al-jalalah, Allah, dengan angka 0 (nol), yang di anggap angka
kesempurnaan, disusul dengan al-Rahman, al-Rahim dan seterusnya sampai angka ke
99, al-Sabur. Dan kembali lagi ke angka nol, Allah (al-jalalah), atau kembali
lagi ke pembatas besar dalam untaian tasbih, symbol angka nol berupa cyrcle,
bermula dan berakhir pada stu titik, atau menurut istilah Al-Qur’an: Inna li
Allah wa inna ilaihi raji’un,(kita berasal dari tuhan dan akan kembali
kepada-Nya).
Seperti yang
telah disebutkan di atas bahwa Asmaul Husna Allah SWT berjumlah 99 nama.
Sebagian dari Asmaul Husna tersebut termasuk kedalam sifat wajib Allah, yakni sifat-sifat
dan pasti dimiliki Allah SWT. Mengenai
jumlah Asmaul Husna Rasulullah SAW bersabda; Artinya:” Sesunnguhnya Allah itu
mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa
menghafalkannya dengan meyakini akan kebenarannya maka ia masuk syurga,
sesungguhnya Allah itu maha ganjil tidak genap dan senang sekali sesuatu yang
ganjil. (HR. Ibnu Majah).
B.
Menguraikan 13 Asmaul
Husna yakni (Ar-Rohman, Ar-Rohim, Al-Malik, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Aziz, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir,
Al-Khooliq, Al-Baari’, Al-Mushowwir).
Kembali lagi ke pembahasan awal,
yakni menguraikan sifat Allah dalam Asmaul Husna (Ar-Rohman, Ar-Rohim,
Al-Malik, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Aziz, Al-Jabbar,
Al-Mutakabbir, Al-Khooliq, Al-Baari’, Al-Mushowwir). Untuk lebih jelasnya saya akan menguraikan sebagai berikut;
1. Ar-Rohman / Maha Pengasih
Nama ini
disebutkan dalam firman Allah, QS. Al-Isra [17] : 110
Artinya:
“ Katakanlah: "Serulah Allah atau Serulah
Ar-Rahman, dengan nama yang mana saja kamu seru dia mempunyai Al asmaaul husna
(nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu
dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua
itu".”
Ar-Rahman
adalah Zat yang mempunyai sifat kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya. Dengan
sifat tersebut Allah menciptakan hamba-hamba-Nya, memberikan rezeki dan
petunjuk kepada mereka, memberi rahmat dan menjadikan mereka berkuasa di muka
bumi, juga memberikan rasa aman bagi mereka. Semua bentuk kasih sayang Allah
adalah untuk menguji di antara mereka yang paling baik amalnya. Kasih sayang
Allah di dunia tercurah untuk seluruh manusia, baik orang-orang mukmin maupun
orang-orang kafir.
Sifat kasih
sayang akan menumbuhkan harapan dan optimisme, akan mendorong manusia untuk
berbuat baik, dan akan menutup pintu ketakutan dan keputusasaan, serta
menjadikan seorang hidup dengan aman sentosa.
Dalam hadist
Abu Hurairah RA disebutkan bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Allah menciptakan seratus bagian kasih sayang, kemudian Dia menahan sembilan
puluh sembilan bagian dan hanya menurunkan satu bagian ke muka bumi. Dari satu
bagian tersebut semua makhluk berkasih sayang sesama mereka sampai-sampai
seekor kuda mengasihi anaknya dengan mengangkat kukunya agar tidak mengenai
anaknya itu.” (HR al-Bukhari).
2. Ar-Rohim / Maha Penyayang
Nama ini (Ar-Rohim) di ulang sebanyak 95x . Bentuk
Ar-Rahim (kasih sayang) Allah SWT diciptakan agar dijadikan landasan hidup
setiap orang, sehingga terwujudnya masyarakat yang penuh damai. Hilangnya perasaan
kasih sayang yang kemudian diganti oleh pertikaian menjadikan dunia ini penuh
malapetaka.
Kalau dunia
diisi hanya oleh perbuatan biadab dan menafikan nilai Ar-Rahim, jika yang
terjadi demikian, kelak Allah SWT menurunkan peringatan. Firman
Allah swt:
Artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).” (QS.Ar Ruum:41)
Sangat
penting untuk menciptakan perasaan kasih sayang agar terhindar dari malapetaka
yang diturunkan oleh Allah SWT hanya karena ulah segelintir manusia. Karena
pandangan itulah, Allah SWT menegaskan perlu ditekankan kondisi kasih saying, Allah berfirman:
Artinya:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah
dan keridhaan-Nya.” (QS.Al Fath:29)
3. Al-Malik / Maha Berkuasa
Nama Allah,
Al Maliku ( الملك ) dibaca Al Malik termasuk Al-Asma`ul Husna, firman Allah :
Artinya:
“Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya,
dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan
mewahyukannya kepadamu[946], dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan." (QS.Thaahaa [20]: 114)
Artinya:
“ Maka Maha Tinggi Allah, raja yang Sebenarnya; tidak
ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia.” (Al-Mu’minuun [23]: 116)
Nama Allah,
Al Maliku maknanya Yang Memiliki segala-galanya. Bukan sekedar memiliki sebagai
seorang manusia memiliki radio umpamanya, dimana sebuah radio dimilikinya
dengan cara membelinya. Tetapi Allah, Al Malik memiliki dengan pengertian milik
100% bukan karena dibeli atau mendapatkan hadiah, tetapi diciptakan-Nya,
dikehendalikan-Nya, diatur-Nyra segala yang ada pada alama semesta ini.
Orang yang
beriman dan mempunyai kekuasaan disebut Abdul Malik, Hamba Maha Raja. Dia hebat
tetapi tetap tunduk dan sujud kepada Allah, menjalankan kekuasaan berdasarkan
hukum Allah. Dia berilmu tetapi tetap tawadhu’ dan hormat kepada siapa saja,
tidak sombong.
Dia
menyadari bahwa kekasaan mutlak hanyalah milik Allah. Prinsip Kemaharajaan
Allah adalah melindungi, memelihara, dan memenuhi seluruh keperluan hidup
makhluk-Nya. Karenanya Abdul Malik adalah orang yang peduli kepada orang lain,
lingkungan dan siapa saja yang ada disekitarnya.
4. Al-Quddus / Maha Suci
Sifatnya Dzat Allah Yang Memiliki Mutlak sifat Suci. Kata dasar dari Al Quddus
adalah Qaddasa yang artinya mensucikan dan Menjauhkan dari kejahatan, bisa pula
diartikan membesarkan dan meagungkan. Rabb disucikan dari setiap kekurangan sedikitpun, disucikan dan diagungkan
dari segala bentuk penyerupaan, perbandingan, bersekutu maupun sekufu dengan
mahlukNya.
Kesucian-Nya
Allah ta'ala sangat bersih dari perasaan keji, jahat, negatif dan yang lainnya.
Artinya:
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang
Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha
Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan,
Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS.Al Hasyr/059 : 23)
5. As-Salam / Maha Sejahtera
AS-salam
memiliki makna yaitu Yang Maha Sejahtera. Keselamatan ini adalah sesuatu yang
dimiliki oleh Allah ta'ala yang sangat dibutuhkan oleh para makhluk-Nya.
Sifat
selamat ini terutama sangat dibutuhkan oleh para mahluk Alloh ta'ala agar dapat
terhindar dari azab, siksa, malapetaka dan kerugian. Adanya pemahaman bahwa selamat dari keadaan untuk mengharapkan imbalan dan
adanya maksud kepada yang diberi, hal ini memperkuat sendi-sendi keikhlasan
dalam beribadah. Bila dikatakan kita selamat dari selalu tergantung kepada
mahluk maka akan sempurnalah pemahaman tawakal kepada Allah ta'ala semata.
Dengan nama
As-salaam ini pulalah suatu surga dinamakan, Daarus Salaam. Yang berarti nama
Allah ta'ala ini sangat besar hikmah dan manfaatnya untuk kita ketahui dan
pahami.
Artinya:
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang
Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha
Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan,
Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS.Al Hasyr/059 : 23)
6. Al-Mu’min / Maha Memberi Keamanan.
Al-Mu’min artinya yang maha memberi keamanan, Allah Swt adalah satu satunya
dzat yang menjadi sumber rasa aman dan keamanan ketika kita berdoa kepada Allah
dengan nama Al-Mu’min berarti ia memohon diberi keamanan, di hindarkan dari
fitnah, bencana dan siksa. Mu’min yang
sejati adalah mu’min yang mengharap keamanan dari Allah Swt tidak meminta
keamanan dan perlindungan dari selain allah swt, dialah yang maha memberikan keamanan.
Imam
Al-Ghozali mengartikan Al-Mu’min adalah dengan dikembalikannya rasa aman dan
keamanan ditutupnya segala jalan yang menimbulkan rasa takut rasa aman akan
tergambar pada saat seorang manusia mengalami ketakutan, didalam asmaul husna
Al-Mu’min terdapat kekuatan yang maha dasyat dan luar biasa, didalamnya
terdapat pertolongan, perlindungan, dan jaminan. Allah swt berfirman yang artinya :
“ Dialah Allah
yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang
Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha
Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.”
Dengan
memahami dan menghayati makna asmaul husna Al-Mu’min hendaknya kita memiliki
sikap-sikap , antara lain :
a. Meneladani
sifat allah tersebut sehingga satu sama lain, saling memberi rasa aman, dan
keamanan se4hingga tercipta suasana yang nyaman.
b. Menghiondari
dari melakukan hal-hal yang dapat membuat orang lain merasa takutatau mengusik
ketenangan orang lain.
c. Meneladani
makna dari sifat al-mu’min , dimana lisan dan perbuatan serta tindakan kita
harus menyelamatkan orang lain minimal tidak membahayakan orang lain.
d. Yakin dan
optimis yang kemudian melahirkan kreativitas dan inovasi sebab kita yakin dan
optimis bahwa keyakinan allah selalu bersama kita.
e. Sikap berani
dan tidak menjadi orang penakut karena kita yakin allah akan menjaga dan
melindunginya.
7. Al-Muhaimin / Maha Memelihara.
Al-Muhaimin
artinya itu yang Maha Memelihara. Dengan maksud bahwa Allah itu memelihara
setiap perbuatan makhluknya yang di kehendaki-Nya.
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ
الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Artinya: “ Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha
Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari
apa yang mereka persekutukan. “
8. Al-Aziz / Maha Perkasa
Al-Aziz yang
berarti Maha Perkasa, Allah maha perkasa dalam segala hal, keperkasaan-Nya
tidak terbatas, Allah perkasa dalam menciptakan menciptakan sesuatu menurut
kahaendak-Nya, memelihara atau menghacurkan sesuatu menurut kehendak-Nya pula.
Adapun orang yang mengamalkan sifat Al-Aziz maka ia akan tegar, tidak lemah,
tegas dan kokoh dalam mengerjakan kewajiban sebagai hamba Allah, karena godaan
selalu ada. Adapun Dalil naqli al-Aziz Qs. Al-Ankabut/29: 42
Artinya:
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. dan dia
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
9. Al-Jabbaar / Yang Maha Kuasa.
Al-jabbar
adalah Yang Maha Kuasa. Maksudnya yaitu Allah berhak melakukan sesuatu apapun
atas kekuasaannya itu, dan kita sebagai hambanya tidak dapat mencegah atau
menghindar dari apa yang Allah kehendaki. Firman Allah swt :
Artinya: “Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia,
raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang
Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala
Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
10. Al-Mutakabbir / Memiliki Kebesaran
Al-Mutakabbir
artinya memiliki kebesaran. Allah swt itu memiliki kekuasaan yang besar
terhadap alam semesta ini beserta isi di dalamnya, termasuk manusia.
Artinya:
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha
Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha
Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari
apa yang mereka persekutukan.”
Adapun orang
yang mengamalkan sifat ini maka ia menunjukkan sikap sopan
santun, rendah hati dan tidak sombong kepada sesama dan makhluk tuhan yang lain dalam menjalankan kehidupan ini. Kita memang makhluk tuhan yang
paling sempurna, namun jangan jadikan kesempurnaan itu melalaikan hakikat
manusia yang tidak bisa hidup sendiri oleh sebab itu tidaklah pantas jika kita
bersifat sombong dah Allah juga sangat membencinya.
11. Al-Khooliq /
Maha Menciptakan
Dia-lah
Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai
Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di
bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Al-Khaliq secara bahasa berasal dari kata "khalq" atau
"khalaqa" yang berarti mengukur atau memperhalus. Kemudian, makna ini
berkembang dengan arti menciptakan tanpa contoh sebelumnya. Kata khalaqa dalam
berbagai bentuknya memberikan penekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah
dalam ciptaan-Nya. (Q.S. Ar-Rum: 20-25)
Allah
al-Khaliq, artinya Allah pencipta semua makhluk dan segala sesuatu. Malaikat,
jin, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari, bulan, bintang, dan segala
yang ada di alam ini diciptakan oleh Allah. Allah menciptakan setiap makhluk
secara sempurna dan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dengan ukuran yang paling
tepat. al-Qur'an menegaskan,
Artinya:
“Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.” (Q.S. As-Sajdah : 7)
Dalam ayat
lain ditegaskan,
Artinya:
“ Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S.
At-Tin: 4)
Seorang
hamba yang meneladani Allah Subhanahu Wata'ala, dalam sifat-Nya sebagai Sang
Pencipta dianugerahi kemampuan untuk melahirkan kreasi-kreasi atau hal-hal baru
dan bermanfaat untuk kemaslahatan atau kesejahteraan seluruh makhluk-Nya sesuai
dengan kehendak-Nya. Orang yang pada dirinya bermanifestasi al-Khaliq dianugerahi
pengetahuan, kemampuan (skill), dan juga restu Allah, sehingga Dia melihat alam
semesta tercermin di dalam dirinya (mikrokosmos). Dari situ, dia dapat mengenal
segala sesuatu yang ada di sekelilingnya (makrokosmos). Dia mengenal alam-alam
yang telah diciptakan-Nya itu sebaik dia mengenal dirinya sendiri.
12. Al-Baari’ /
Maha Pengada
Yang
menjadikan segala sesuatu Atau Yang Maha Pengembang. Tuhan merencanakan
Makhluk-Nya dan menuntunnya melalui tahap-tahap dalam proses perkembangannya.
Allah bersifat Al-Bari' yang bisa diartikan sebagai Maha Merencanakan Sesuatu.
Dengan
sifat-Nya tersebut Allah Subhanahu Wata'ala mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya
agar selalu memilki rencana sebelum melakukan segala sesuatu hal. akan tetapi
perlu untuk di-ingat, bahwa Allah Subhanahu Wata'ala adalah yang menentukan
hasilnya.
Menurut
sebagian pendapat ulama' yang lain AL-BARI memiliki makna lebih kepada yang menjadikan segala sesuatu dari tiada
menjadi ada.
Allah
Subhanahu Wata'ala Melaksanakan dan memunculkan atau mengadakan apa yang dtetapkan menuju ke alam nyata. Dan tidak semua yang bisa menetapkan sesuatu
dan mengaturnya mampu untuk melaksanakan dan mewujudkannya, selain Allah
Subhanahu Wata'ala.
Dengan
mengimani nama tersebut serta mengetahui maknanya, kita semakin menyadari
kekuasaan Allah Yang Maha Hebat, serta mengetahui bagaimana luasnya ilmu Allah
dan kemampuan-Nya. Di mana tidak mungkin ada yang melakukan itu semua kecuali
Dzat yang Maha Berilmu dan Maha Mampu. Ini semua mestinya membuat kita semakin
tunduk kepada-Nya dan semakin patuh. Sebagaimana juga mestinya membuat kita
semakin bersyukur kepada-Nya karena kita semuadengan bentuk ciptaan yang bagus
dan indah ini adalah buah dari Asma Allah Subhanahu Wata'ala tersebut. Allah
berfirman:
Artinya:
“ Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang
membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di
langit dan bumi. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al
Hasr: 24)
13. Al-Mushowwir
/ Maha Pembentuk
هُوَ
ٱللَّهُ ٱلۡخَٰلِقُ ٱلۡبَارِئُ ٱلۡمُصَوِّرُۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ
يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
٢٤
Artinya:
“ Dialah Allah yang Menciptakan, yang
Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih
kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Al Hasr: 24)
Al-Mushawwir
secara bahasa berasal dari kata "shawwara" yang berarti memberi rupa
dan subtansi bagi sesuatu, sehingga menjadi berbeda dengan yang lainnya. Allah al-Mushawwir, artinya Allah Maha Membentuk Rupa pada semua
ciptaan-Nya. Manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan segala yang ada di alam
ini diberi bentuk rupa yang terbaik oleh Allah. manusia adalah makhluk yang
diberi bentuk rupa paling baik. Al-Qur'an
menegaskan,
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ
تَقۡوِيمٖ ٤
Artinya:
“ Sesungguhnya kami Telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S. At-Tin: 4)
Kita bisa
lihat wajah manusia, tidak ada yang sama. Alah-lah yang memberi bentuk
wajah-wajah manusia itu. Ibarat sebuah bangunan yang telah selesai dibuat maka
perlu diperindah dan diperhalus. Demikian pula dengan penciptaan manusia. Allah
menciptakan manusia dengan ukuran tertentu yang tepat (Al-Khaliq),
mengadakannya ke alam dunia dari tiada (Al-Bari'), kemudian memberikan bentuk
rupa yang bagus (Al-Mushawwir).
Meneladani
nama dan sifat Allah Al-Mushawwir berarti ketika membuat sebuah karya, buatlah
sebagus-bagusnya. Tidak hanya asal jadi, melainkan indah dan bermanfaat.
Misalnya, kita membuat kursi dari anyaman rotan, buatlah dengan semenarik dan
sebagus mungkin. Dengan demikian, selain memiliki nilai seni dan ekonomi yang
tinggi, kita juga telah meneladani Al-Mushawwir.
Akhirnya,
marilah kita berdoa, "Ya Allah Engkau telah membaguskan penciptaanku, maka
baguskanlah pula akhlakku." (H.R. Ahmad)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menghafal
kata-kata Asma’ul Husna amat besar faedahnya bagi Umat Islam dan berpahala
membacanya bila dilandasi keyakinan dan membenarkan isinya. Lebih dari itu, memahami dan makrifat terhadap makna hakiki yang terkandung di
dalamnya akan membawa
kearah pengalaman dan penghayatan, atau dengan kata lain mendarah daging dalam kehidupan.
Maka dijamin akan mendapatkan surga keindahan dan kenyamanan yang tiada tara.
B. Saran
Beribadahlah
kepada Allah berdasarkan Asma`ul Husna ini. Karena Dia Maha Penerima Taubat, berdzikir dengan-Nya karena Dia Maha Mendengar, beribadah dengan raga karena Dia Maha Melihat, dengan seterusnya.
Sebagai umat
Muslim sudi kiranya Kita “memahami maknanya, dan mempercayainya” atau mampu melaksanakan kandungan-Nya, atau juga mempercayai kandungan
makna-maknanya, menghafal, memahami maknanya dan mengamalkan kandungannya. Itu semua insya Allah dapat memperoleh curahan rahmat Ilahi sesuai niat dan
usahanya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://filebagus-keren.blogspot.com/2013/09/al-mukmin-allah-al-mukmin-artinya.html, diakses 17 Oktober 2015.
http://dellafka.blogspot.com/2014/02/asmaul-husna-al-karim-al-mumuin-al.html, diakses 17 Oktober 2015.
http://googleweblight.com/?lite_url=http://ruangpustaka.blogspot.com/2010/05/al-mushawwir-yang-maha-pembentuk.html?m%3D1&ei=i4pmYk8l&lc=id-ID&s=1&m=89&ts=1445649198&sig=APONPFlSqZmJPdZr4_e0dZBU5QbVOMW3CQ, diakses 23
Oktober 2015.
http://googleweblight.com/?lite_url=http://asmaul-husna-gambar.blogspot.com/2013/03/al-quddus.html?m%3D1&ei=v9xaT_ew&lc=id-ID&s=1&m=89&ts=1445653506&sig=APONPFmtYHxcDvg_1WdZkb00IPMMnht1Mg, diakses 23
Oktober 2015.
Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak
terhingga bagi Allah. Sifat-sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai
bahwa terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah.
Maka, wajib juga dipercayai akan sifat Allah yang dua puluh dan perlu diketahui
juga sifat yang mustahil bagi Allah. Sifat yang mustahil bagi Allah merupakan
lawan kepada sifat wajib.
Sifat wajib terbagi empat bagian yaitu nafsiah, salbiah, ma’ani atau ma’nawiah.
Sifat wajib terbagi empat bagian yaitu nafsiah, salbiah, ma’ani atau ma’nawiah.
B. Sifat-Sifat Wajib Allah
Sifat
wajib Allah adalah sifat yang pasti ada pada Allah.
Berikut dibawah ini adalah sifat-sifat allah yang wajib :
Berikut dibawah ini adalah sifat-sifat allah yang wajib :
- Wujud (Ada)
Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri. - Dalil Aqli sifat Wujud
Adanya semesta alam yang kita lihat sudah cukup dijadikan sebagai alasan adanya Allah, sebab tidak masuk akal seandainya ada sesuatu yang dibuat tanpa ada yang membuatnya. - Dalil Naqli sifat Wujud
جلقالسموات والارض وما بينهمافي ستةايام ﷲالذى
Allahlah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam (waktu) enam hari. (QS. AS sajdah [32]:4) - Qidam (Dahulu/Awal)
Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan. - Dalil aqli sifat Qidam
Seandainya Allah tidak qodim, mesti Allah hadits, sebab tidak ada penengah antara qodim dan hadits. Apabila Allah hadits maka mesti membutuhkan muhdits (yang membuat) mislanya A, dan muhdits A mesti membutuhkan kepada Muhdits yang lain, misalnya B. Kemudian muhdits B mesti membutuhkan muhdits yang lain juga, misalnya C. Begitulah seterusnya.Apabila tiada ujungnya, maka dikatakan tasalsul (peristiwa berantau), dan apabila yang ujung membutuhkan kepada Allah maka dikatan daur (peristiwa berputar). Masing-masing dari tasalsul dan daur adalah mustahil menurut akal. Maka setiap yang mengakibatkan tasalsul dan daur, yaitu hudutsnya Allah adalah mustahil, maka Allah wajib bersifat Qidam. - Dalil Naqli sifat Qidam
هوالاول والاخروالظاهروالباطن
Dialah yang awal dan yang akhir Yang zhohir dan yang bathin. (QS. Al-Hadid [57]:3) - Baqa’(Kekal)
Allah Akan Kekal dan Abadi Selamanya, Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan - Dalil Aqli sifat Baqa’
Seandainya Allah tidak wajib Baqo, yakni Wenang Allah Tiada, maka tidak akan disifati Qidam. Sedangkan Qidam tidak bisa dihilangkan dari Allah berdasarkan dalil yang telah lewat dalam sifat Qidam. - Dalil Naqli Sifat Baqa’
كلشئ هالك إلاوجهه
Tiap sesuatu akan binasa (lenyap) kecuali Dzat-nya. (QS. Qoshos [28]:88) - Mukhalafatuhu Lilhawadith
(berbeda dengan Ciptaannya/Makhluknya)
Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama dengan baju yang dibuat orang lain. - Dalil Aqli sifat mukhalafah
lil hawadits
Apabila diperkirakan Allah menyamai sekalian makhluknya, niscaya Allah dalah baru (Hadits), sedangkan Allah baru adalah mustahil - Dalil Naqli sifat mukhalafah
lil hawadits
ليس كمثله شيئ وهوالسميع البصير
Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan dia, dan dia-lah yang maha mendengar lagi maha melihat. (QS. Asy-Syuro [42]:11) - Qiyamuhu Binafsihi (Allah
Berdiri Sendiri)
Artinya Bahwa Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan.Contohnya,
Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun. - Dalil Aqli sifat Qiyamuhu
Binafsihi
Seadainya Allah membutuhkan dzat, niscaya Allah adalah sifat, sebab hanya sifatlah yang selalu membutuhkan dzat, sedangkan dzat selamanya tidak membutuhkan dzat lain untuk berdirinya.
Dan apabila Allah “Sifat” adalah mustahil, sebab apabila Allah “sifat”, maka Allah tidak akan disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah, sedangkan sifat tersebut adalah termasuk sifat-sifat yang wajib bagi Allah berdasarkan dalil-dalil tertentu. Berarti apabila Allah tidak disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah adalah salah (Bathil), dan batal pula sesuatu yang mengakibatkannya, yaitu butuhnya Allah kepada dzat. Apabila batal butuhnya Allah kepada dzat maka tetap Maha kaya (istighna)nya Allah dari dzat.
Seandainya Allah membutuhkan sang pncipta, niscaya Allah baru (Hadts), sebab yang membutuhkan pencipta hanyalah yang baru sedangkan dzat qodim tidak membutuhkannya. Dan mustahil Allah Hadits, karena segala sesuatu yang hadits harus membutuhkan sang pencipta (mujid) yang kelanjutannya akan mengakibatkan daur atau tasalul. - Dalil Naqli Sifat Qiamuhu
Binafsihi
إن اﷲ لغنى عن العا لمين
Sesungguhnya Allah benar-benar maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta. (QS. Al Ankabut [29]:6) - Wahdaniyyah (Tunggal/Esa)
Artinya adalah Bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa., baik itu Esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatannya.Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan seterusnya.Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong.Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang. - Dalil Naqli
لوكان فيهماالهةإلااﷲ لفسد تا
Seandainya di langit dan dibumi ada tuhan-tuhan selain Allah, niscaya langit dan bumi akan rusak. (QS. Al Anbiya [21]:22) - Qudrat (Berkuasa)
Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi. - Dalil Aqli sifat Qudrot
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalilnya, jika Allah tidak berkemampuan niscaya Allah lemah(‘Ajzun), dan apabila Allah lemah maka tidak akan mampu menciptakan makhluk barang sedikitpun. - Dalil Naqli sifat Qudrot
إن اﷲعلى كل شيى قد ير
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah [2]:20) - Iradah (berkehendak)
Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapa pun Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas. - Dalil Aqli sifat Irodat.
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalil, seasndainya allah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat terpaksa (karohah), dan allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak disifatinya Allah dengan sifat qudrot adalah mustahil, sebab akanberakibat lemahnya Alla, sedangkan lemahnya Allah adalah mustahi, karena tidak akan mampu membuat makhluk barang sedikitpun. - Dalil Naqli sifat Irodat.
ان ربك فعال لمايريد
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki.
(QS. Hud[50]:107) - Ilmu (Mengetahui)
Artinya Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib.Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak seperti semula.Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?. - Dalil Aqli sifat Ilmu
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tak berilmu niscaya tidak akan berkehendak, sedangkan allah tidak berkehendak adalah mustahil, karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah. Sedangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat barang makhluk sedikitpun. - Dalil Naqli sifat Ilmu
وهوبكل شيى عليم
Dan dia maha mengetahui segala sesuatu.
(QS.Al Hadid [57]:3 atau QS. Al Baqaroh [2]:29) - Hayat (Hidup)
Artinya Hidupnya Allah tidak ada yang menghidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya.
Contohnya :
Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak. - Dalil Aqli sifat hayat
Dalilnya adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tidak hidup maka tidak akan disifati Qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan Qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah, seangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat alam semesta. - Dalil Naqli sifat Hayat
Firman Allah :
وتو كل على الحى الذ ى لايمو ت
Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup yang tidak mati. (QS. Al-Furqon [25]:58) - Sama’ (Mendengar)
Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia.Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu.
DALIL :
”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” … (QS Al Maidah :76) - Basar ( Melihat )
Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT.
DALIL:
”………Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” … (al-Baqarah: 265)
Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT. - Kalam ( Berbicara / Berfirman )
Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia.Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.
DALIL :
”……. Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas”
(QS AnNisa’ :164)Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar. - Kaunuhu Qadirun
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.
DALIL
“Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu“ (QS. Al Baqarah :20). - Kaunuhu Muridun
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu, Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia.
DALIL
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki“ … (QS. Hud :107) - Kaunuhu ‘Alimun
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu, mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi, Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.
DALIL
“Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu“ … (QS. An Nisa’ :176) - Kaunuhu Hayyun
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup, Allah adalah Dzat Yang Hidup, Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah.
DALIL
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati“
(QS. Al Furqon :58) - Kaunuhu Sami’un
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar, Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya.
DALIL
“Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui“ … (QS. Al Baqoroh :256). - Kaunuhu BasirunYAitu
Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda
yang ada ).Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu,
hendaknya kita selalu berbuat baik.
DALIL
“Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ … (QS. Al Hujurat :18) - Kaunuhu Mutakallimun
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata, Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran.
Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt.
C. Sifat-Sifat Mustahil bagi Allah
Sifat Mustahil Bagi Allah artinya Sifat Yang Tidak Mungkin ada pada Allah Swt. Sifat
Mustahil Allah merupakan Lawan Kata/Kebalikan dari Sifat Wajib Allah
Berikut dibawah ini adalah 20 sifat-sifat mustahil bagi Allah swt.
Berikut dibawah ini adalah 20 sifat-sifat mustahil bagi Allah swt.
- ‘Adam, artinya tiada (bisa mati)
- Huduth, artinya baharu (bisa di perbaharui)
- Fana’, artinya binasa (tidak kekal/mati)
- Mumathalatuhu Lilhawadith, artinya menyerupai akan makhlukNya
- Qiyamuhu Bighayrih, artinya berdiri dengan yang lain (ada kerjasama)
- Ta’addud, artinya berbilang – bilang (lebih dari satu)
- ‘Ajz, artinya lemah (tidak kuat)
- Karahah, artinya terpaksa (bisa di paksa)
- Jahl, artinya jahil (bodoh)
- Maut, artinya mati (bisa mati)
- Syamam, artinya tuli
- ‘Umy, artinya buta
- Bukm, artinya bisu
- Kaunuhu ‘Ajizan, artinya lemah (dalam keadaannya)
- Kaunuhu Karihan, artinya terpaksa (dalam keadaannya)
- Kaunuhu Jahilan, artinya jahil (dalam keadaannya)
- Kaunuhu Mayyitan, artinya mati (dalam keadaannya)
- Kaunuhu Asam, artinya tuli (dalam keadaannya)
- Kaunuhu A’ma, artinya buta (dalam keadaannya)
- Kaunuhu Abkam, artinya bisu (dalam keadaannya)
Rangkuman (Table Sifat-Sifat Wajib Allah dan Sifat-Sifat Mustahil Bagi Allah )
Tabel
ini kami buat untuk memudahkan anda dalam menghafal dan memahaminya
No.
|
Sifat Wajib Allah
|
Tulisan Arab
|
Arti
|
Jenis Sifat
|
Sifat Mustahil Allah
|
Tulisan Arab
|
Arti
|
1
|
Wujud
|
ﻭﺟﻮﺩ
|
Ada
|
Nafsiah
|
Adam
|
ﻋﺪﻡ
|
Tiada
|
2
|
Qidam
|
ﻗﺪﻡ
|
Terdahulu
|
Salbiah
|
Huduts
|
ﺣﺪﻭﺙ
|
Baru
|
3
|
Baqa
|
ﺑﻘﺎﺀ
|
Kekal
|
Salbiah
|
Fana
|
ﻓﻨﺎﺀ
|
Berubah-ubah (akan binasa)
|
4
|
Mukhalafatuhu lilhawadis
|
ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ
|
Berbeda dengan makhluk-Nya
|
Salbiah
|
Mumathalatuhu lilhawadith
|
ﻣﻤﺎﺛﻠﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ
|
Menyerupai sesuatu
|
5
|
Qiyamuhu binafsih
|
ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻨﻔﺴﻪ
|
Berdiri sendiri
|
Salbiah
|
Qiamuhu bighairih
|
ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻐﻴﺮﻩ
|
Berdiri-Nya dengan yang lain
|
6
|
Wahdaniyat
|
ﻭﺣﺪﺍﻧﻴﺔ
|
Esa (satu)
|
Salbiah
|
Ta’addud
|
ﺗﻌﺪﺩ
|
Lebih dari satu (berbilang)
|
7
|
Qudrat
|
ﻗﺪﺭﺓ
|
Kuasa
|
Ma’ani
|
Ajzun
|
ﻋﺟﺰ
|
Lemah
|
8
|
Iradat
|
ﺇﺭﺍﺩﺓ
|
Berkehendak (berkemauan)
|
Ma’ani
|
Karahah
|
ﻛﺮﺍﻫﻪ
|
Tidak berkemauan (terpaksa)
|
9
|
Ilmu
|
ﻋﻠﻢ
|
Mengetahui
|
Ma’ani
|
Jahlun
|
ﺟﻬﻞ
|
Bodoh
|
10
|
Hayat
|
ﺣﻴﺎﺓ
|
Hidup
|
Ma’ani
|
Al-Maut
|
ﺍﻟﻤﻮﺕ
|
Mati
|
11
|
Sama’
|
ﺳﻤﻊ
|
Mendengar
|
Ma’ani
|
Sami
|
ﺍﻟﺻمم
|
Tuli
|
12
|
Basar
|
ﺑﺼﺮ
|
Melihat
|
Ma’ani
|
Al-Umyu
|
ﺍﻟﻌﻤﻲ
|
Buta
|
13
|
Kalam
|
ﻛﻼ ﻡ
|
Berbicara
|
Ma’ani
|
Al-Bukmu
|
ﺍﻟﺑﻜﻢ
|
Bisu
|
14
|
Kaunuhu qaadiran
|
ﻛﻮﻧﻪ ﻗﺎﺩﺭﺍ
|
Keadaan-Nya yang berkuasa
|
Ma’nawiyah
|
Kaunuhu ajizan
|
ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﺟﺰﺍ
|
Keadaan-Nya yang lemah
|
15
|
Kaunuhu muriidan
|
ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺮﻳﺪﺍ
|
Keadaan-Nya yang berkehendak menentukan
|
Ma’nawiyah
|
Kaunuhu mukrahan
|
ﻛﻮﻧﻪ مكرها
|
Keadaan-Nya yang tidak menentukan (terpaksa)
|
16
|
Kaunuhu ‘aliman
|
ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﻟﻤﺎ
|
Keadaan-Nya yang mengetahui
|
Ma’nawiyah
|
Kaunuhu jahilan
|
ﻛﻮﻧﻪ ﺟﺎﻫﻼ
|
Keadaan-Nya yang bodoh
|
17
|
Kaunuhu hayyan
|
ﻛﻮﻧﻪ ﺣﻴﺎ
|
Keadaan-Nya yang hidup
|
Ma’nawiyah
|
Kaunuhu mayitan
|
ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻴﺘﺎ
|
Keadaan-Nya yang mati
|
18
|
Kaunuhu sami’an
|
ﻛﻮﻧﻪ ﺳﻤﻴﻌﺎ
|
Keadaan-Nya yang mendengar
|
Ma’nawiyah
|
Kaunuhu ashamma
|
ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺻﻢ
|
Keadaan-Nya yang tuli
|
19
|
Kaunuhu bashiiran
|
ﻛﻮﻧﻪ ﺑﺼﻴﺭﺍ
|
Keadaan-Nya yang melihat
|
Ma’nawiyah
|
Kaunuhu a’maa
|
ﻛﻮﻧﻪ ﺃﻋﻤﻰ
|
Keadaan-Nya yang buta
|
20
|
Kaunuhu mutakalliman
|
ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺘﻜﻠﻤﺎ
|
Keadaan-Nya yang berbicara
|
Ma’nawiyah
|
Kaunuhu abkam
|
ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺑﻜﻢ
|
Keadaan-Nya yang bisu
|
D. Sifat Ja’iz Bagi Allah Swt
Sifat
Jaiz bagi Allah artinya boleh bagi Allah Swt mengadakan sesuatu atau tidak
mengadakan sesuatu atau di sebut juga sebagai “mumkin”. Mumkin ialah sesuatu
yang boleh ada dan tiada.
Ja’iz
artinya boleh-boleh saja, dengan makna Allah Swt menciptakan segala sesuatu,
yakni dengan tidak ada paksaan dari sesuatupun juga, sebab Allah Swt bersifat
Qudrat (kuasa) dan Iradath (kehendak), juga boleh – boleh saja bagi Allah Swt
meniadakan akan segala sesuatu apapun yang ia mau.
Alhamdulillah
selese juga akhirnya menulis artikel tentang 20 Sifat Wajib
Allah dan 20 Sifat Mustahil Allah lengkap dengan dalil,arti dan penjelasannya
No comments:
Post a Comment