Tuesday 7 March 2017

MAKALAH ASMAUL HUSNA




BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Allah SWT adalah dzat yang maha perkasa, keperkasaan Allah tiada bandingannya, tidak terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta ini untuk kepentigan umat manusia, dalam menciptakan alam Allah tidak pernah meminta bantuan terhadap mahluk lain, oleh karena itu kita sebagai hamba Allah hendaknya selalu memuliakan-Nya, kemampuan Allah dengan cara selalu mentaati seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan juga menjauhi segala sesuatu yang telah di larang-Nya.
Kemampuan Allah dalam menciptakan alam beserta isinya merupakan wujud dari Asmaul Husna yaitu Al-Aziz, Allah memiliki 99 Asma’ul Husna, termasuk di antaranya ialah Ar-Rohman, Ar-Rohim, Al-Malik, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Aziz, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khooliq, Al-Baari’, Al-Mushowwir dan seterusnya. Nama-nama tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Adanya Asmaul Husna sebagai bukti bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, untuk itu maka kita wajib mengamalkan Asmaul Husna ke dalam kehidupan sehari-hari.

B.           Rumusan Masalah
1.      Menguraikan 13 Asmaul Husna yakni (Ar-Rohman, Ar-Rohim, Al-Malik, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Aziz, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khooliq, Al-Baari’, Al-Mushowwir).
2.      Menujukan perilaku orang yang mengamalkan 13 Asmaul Husna (Ar-Rohman, Ar-Rohim, Al-Malik, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Aziz, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khooliq, Al-Baari’, Al-Mushowwir) dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 13 Asmaul Husna (Ar-Rohman, Ar-Rohim, Al-Malik, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Aziz, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khooliq, Al-Baari’, Al-Mushowwir) dalam kehidupan sehari-hari.

C.          Tujuan
Tjuan penulisan tugas makalah ini adalah :
1.      Mengembangkan wawasan penulis tentang Akidah khususnya Asma’ul husna.
2.      Mengenal Asma`ul Husna dengan bersungguh-sungguh kemudian memahamimaknanya serta beribadah kepada Allah sebagai penguat iman.



BAB II
ASMA’UL HUSNAH

A.      Pengertian Asma’ul Husnah
Menurut bahasa, asma’ul husna berarti nama-nama yang baik, sedangkan menurut istilah berarti nama-nama baik yang dimiliki Allah sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya. Di dalam al-Qur’an nama-nama yang baik dijelaskan pada Qs. Al-A’raf/7: 180 sebagai berikut :
Artinya:Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang Telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-A’raf/7: 180)
Nama-nama indah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99 menurut hitungan ulama Sunni, dapat dirangkai secara kronologis begitu indah ibarat seuntai tasbih. Dimulai dengan lafadz al-jalalah, Allah, dengan angka 0 (nol), yang di anggap angka kesempurnaan, disusul dengan al-Rahman, al-Rahim dan seterusnya sampai angka ke 99, al-Sabur. Dan kembali lagi ke angka nol, Allah (al-jalalah), atau kembali lagi ke pembatas besar dalam untaian tasbih, symbol angka nol berupa cyrcle, bermula dan berakhir pada stu titik, atau menurut istilah Al-Qur’an: Inna li Allah wa inna ilaihi raji’un,(kita berasal dari tuhan dan akan kembali kepada-Nya).
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Asmaul Husna Allah SWT berjumlah 99 nama. Sebagian dari Asmaul Husna tersebut termasuk kedalam sifat wajib Allah, yakni sifat-sifat dan  pasti dimiliki Allah SWT. Mengenai jumlah Asmaul Husna Rasulullah SAW bersabda; Artinya:” Sesunnguhnya Allah itu mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa menghafalkannya dengan meyakini akan kebenarannya maka ia masuk syurga, sesungguhnya Allah itu maha ganjil tidak genap dan senang sekali sesuatu yang ganjil. (HR. Ibnu Majah).

B.       Menguraikan 13 Asmaul Husna yakni (Ar-Rohman, Ar-Rohim, Al-Malik, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Aziz, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khooliq, Al-Baari’, Al-Mushowwir).

Kembali lagi ke pembahasan awal, yakni menguraikan sifat Allah dalam Asmaul Husna (Ar-Rohman, Ar-Rohim, Al-Malik, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Aziz, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khooliq, Al-Baari’, Al-Mushowwir). Untuk lebih jelasnya saya akan menguraikan sebagai berikut;




1.         Ar-Rohman / Maha Pengasih
Nama ini disebutkan dalam firman Allah, QS. Al-Isra [17] : 110

Artinya:
“ Katakanlah: "Serulah Allah atau Serulah Ar-Rahman, dengan nama yang mana saja kamu seru dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".”
Ar-Rahman adalah Zat yang mempunyai sifat kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya. Dengan sifat tersebut Allah menciptakan hamba-hamba-Nya, memberikan rezeki dan petunjuk kepada mereka, memberi rahmat dan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, juga memberikan rasa aman bagi mereka. Semua bentuk kasih sayang Allah adalah untuk menguji di antara mereka yang paling baik amalnya. Kasih sayang Allah di dunia tercurah untuk seluruh manusia, baik orang-orang mukmin maupun orang-orang kafir.
Sifat kasih sayang akan menumbuhkan harapan dan optimisme, akan mendorong manusia untuk berbuat baik, dan akan menutup pintu ketakutan dan keputusasaan, serta menjadikan seorang hidup dengan aman sentosa.
Dalam hadist Abu Hurairah RA disebutkan bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Allah menciptakan seratus bagian kasih sayang, kemudian Dia menahan sembilan puluh sembilan bagian dan hanya menurunkan satu bagian ke muka bumi. Dari satu bagian tersebut semua makhluk berkasih sayang sesama mereka sampai-sampai seekor kuda mengasihi anaknya dengan mengangkat kukunya agar tidak mengenai anaknya itu.” (HR al-Bukhari).

2.         Ar-Rohim / Maha Penyayang
Nama ini (Ar-Rohim) di ulang sebanyak 95x . Bentuk Ar-Rahim (kasih sayang) Allah SWT diciptakan agar dijadikan landasan hidup setiap orang, sehingga terwujudnya masyarakat yang penuh damai. Hilangnya perasaan kasih sayang yang kemudian diganti oleh pertikaian menjadikan dunia ini penuh malapetaka.
Kalau dunia diisi hanya oleh perbuatan biadab dan menafikan nilai Ar-Rahim, jika yang terjadi demikian, kelak Allah SWT menurunkan peringatan. Firman Allah swt:
Artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.Ar Ruum:41)
Sangat penting untuk menciptakan perasaan kasih sayang agar terhindar dari malapetaka yang diturunkan oleh Allah SWT hanya karena ulah segelintir manusia. Karena pandangan itulah, Allah SWT menegaskan perlu ditekankan kondisi kasih saying, Allah berfirman:
Artinya:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.” (QS.Al Fath:29)

3.         Al-Malik / Maha Berkuasa
Nama Allah, Al Maliku ( الملك ) dibaca Al Malik termasuk Al-Asma`ul Husna, firman Allah :
Artinya:
“Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu[946], dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS.Thaahaa [20]: 114)
Artinya:
“ Maka Maha Tinggi Allah, raja yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia.” (Al-Mu’minuun [23]: 116)

Nama Allah, Al Maliku maknanya Yang Memiliki segala-galanya. Bukan sekedar memiliki sebagai seorang manusia memiliki radio umpamanya, dimana sebuah radio dimilikinya dengan cara membelinya. Tetapi Allah, Al Malik memiliki dengan pengertian milik 100% bukan karena dibeli atau mendapatkan hadiah, tetapi diciptakan-Nya, dikehendalikan-Nya, diatur-Nyra segala yang ada pada alama semesta ini.
Orang yang beriman dan mempunyai kekuasaan disebut Abdul Malik, Hamba Maha Raja. Dia hebat tetapi tetap tunduk dan sujud kepada Allah, menjalankan kekuasaan berdasarkan hukum Allah. Dia berilmu tetapi tetap tawadhu’ dan hormat kepada siapa saja, tidak sombong.
Dia menyadari bahwa kekasaan mutlak hanyalah milik Allah. Prinsip Kemaharajaan Allah adalah melindungi, memelihara, dan memenuhi seluruh keperluan hidup makhluk-Nya. Karenanya Abdul Malik adalah orang yang peduli kepada orang lain, lingkungan dan siapa saja yang ada disekitarnya.

4.         Al-Quddus / Maha Suci
Sifatnya Dzat Allah Yang Memiliki Mutlak sifat Suci. Kata dasar dari Al Quddus adalah Qaddasa yang artinya mensucikan dan Menjauhkan dari kejahatan, bisa pula diartikan membesarkan dan meagungkan. Rabb disucikan dari setiap kekurangan sedikitpun, disucikan dan diagungkan dari segala bentuk penyerupaan, perbandingan, bersekutu maupun sekufu dengan mahlukNya.
Kesucian-Nya Allah ta'ala sangat bersih dari perasaan keji, jahat, negatif dan yang lainnya.
Artinya:
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS.Al Hasyr/059 : 23)

5.         As-Salam / Maha Sejahtera
AS-salam memiliki makna yaitu Yang Maha Sejahtera. Keselamatan ini adalah sesuatu yang dimiliki oleh Allah ta'ala yang sangat dibutuhkan oleh para makhluk-Nya.
Sifat selamat ini terutama sangat dibutuhkan oleh para mahluk Alloh ta'ala agar dapat terhindar dari azab, siksa, malapetaka dan kerugian. Adanya pemahaman bahwa selamat dari keadaan untuk mengharapkan imbalan dan adanya maksud kepada yang diberi, hal ini memperkuat sendi-sendi keikhlasan dalam beribadah. Bila dikatakan kita selamat dari selalu tergantung kepada mahluk maka akan sempurnalah pemahaman tawakal kepada Allah ta'ala semata.
Dengan nama As-salaam ini pulalah suatu surga dinamakan, Daarus Salaam. Yang berarti nama Allah ta'ala ini sangat besar hikmah dan manfaatnya untuk kita ketahui dan pahami.
Artinya:
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS.Al Hasyr/059 : 23)

6.         Al-Mu’min / Maha Memberi Keamanan.
Al-Mu’min artinya yang maha memberi keamanan, Allah Swt adalah satu satunya dzat yang menjadi sumber rasa aman dan keamanan ketika kita berdoa kepada Allah dengan nama Al-Mu’min berarti ia memohon diberi keamanan, di hindarkan dari fitnah, bencana dan siksa. Mu’min yang sejati adalah mu’min yang mengharap keamanan dari Allah Swt tidak meminta keamanan dan perlindungan dari selain allah swt, dialah yang maha memberikan keamanan.
Imam Al-Ghozali mengartikan Al-Mu’min adalah dengan dikembalikannya rasa aman dan keamanan ditutupnya segala jalan yang menimbulkan rasa takut rasa aman akan tergambar pada saat seorang manusia mengalami ketakutan, didalam asmaul husna Al-Mu’min terdapat kekuatan yang maha dasyat dan luar biasa, didalamnya terdapat pertolongan, perlindungan, dan jaminan. Allah swt berfirman yang artinya :

Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Dengan memahami dan menghayati makna asmaul husna Al-Mu’min hendaknya kita memiliki sikap-sikap , antara lain :
a.  Meneladani sifat allah tersebut sehingga satu sama lain, saling memberi rasa aman, dan keamanan se4hingga tercipta suasana yang nyaman.
b.  Menghiondari dari melakukan hal-hal yang dapat membuat orang lain merasa takutatau mengusik ketenangan orang lain.
c.  Meneladani makna dari sifat al-mu’min , dimana lisan dan perbuatan serta tindakan kita harus menyelamatkan orang lain minimal tidak membahayakan orang lain.
d. Yakin dan optimis yang kemudian melahirkan kreativitas dan inovasi sebab kita yakin dan optimis bahwa keyakinan allah selalu bersama kita.
e.  Sikap berani dan tidak menjadi orang penakut karena kita yakin allah akan menjaga dan melindunginya.

7.         Al-Muhaimin / Maha Memelihara.
Al-Muhaimin artinya itu yang Maha Memelihara. Dengan maksud bahwa Allah itu memelihara setiap perbuatan makhluknya yang di kehendaki-Nya.
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Artinya: Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

8.         Al-Aziz / Maha Perkasa
Al-Aziz yang berarti Maha Perkasa, Allah maha perkasa dalam segala hal, keperkasaan-Nya tidak terbatas, Allah perkasa dalam menciptakan menciptakan sesuatu menurut kahaendak-Nya, memelihara atau menghacurkan sesuatu menurut kehendak-Nya pula. Adapun orang yang mengamalkan sifat Al-Aziz maka ia akan tegar, tidak lemah, tegas dan kokoh dalam mengerjakan kewajiban sebagai hamba Allah, karena godaan selalu ada. Adapun Dalil naqli al-Aziz  Qs. Al-Ankabut/29: 42
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

9.         Al-Jabbaar / Yang Maha Kuasa.
Al-jabbar adalah Yang Maha Kuasa. Maksudnya yaitu Allah berhak melakukan sesuatu apapun atas kekuasaannya itu, dan kita sebagai hambanya tidak dapat mencegah atau menghindar dari apa yang Allah kehendaki. Firman Allah swt :
Artinya: “Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”

10.     Al-Mutakabbir / Memiliki Kebesaran
Al-Mutakabbir artinya memiliki kebesaran. Allah swt itu memiliki kekuasaan yang besar terhadap alam semesta ini beserta isi di dalamnya, termasuk manusia.
Artinya: “Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”

Adapun orang yang mengamalkan sifat ini maka ia menunjukkan sikap sopan santun, rendah hati dan tidak sombong kepada sesama dan makhluk tuhan yang lain dalam menjalankan kehidupan ini. Kita memang makhluk tuhan yang paling sempurna, namun jangan jadikan kesempurnaan itu melalaikan hakikat manusia yang tidak bisa hidup sendiri oleh sebab itu tidaklah pantas jika kita bersifat sombong dah Allah juga sangat membencinya.

11.     Al-Khooliq / Maha Menciptakan
Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Al-Khaliq secara bahasa berasal dari kata "khalq" atau "khalaqa" yang berarti mengukur atau memperhalus. Kemudian, makna ini berkembang dengan arti menciptakan tanpa contoh sebelumnya. Kata khalaqa dalam berbagai bentuknya memberikan penekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya. (Q.S. Ar-Rum: 20-25)
Allah al-Khaliq, artinya Allah pencipta semua makhluk dan segala sesuatu. Malaikat, jin, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari, bulan, bintang, dan segala yang ada di alam ini diciptakan oleh Allah. Allah menciptakan setiap makhluk secara sempurna dan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dengan ukuran yang paling tepat. al-Qur'an menegaskan,
Artinya:
“Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.”  (Q.S. As-Sajdah : 7)

Dalam ayat lain ditegaskan,
Artinya:
“ Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S. At-Tin: 4)

Seorang hamba yang meneladani Allah Subhanahu Wata'ala, dalam sifat-Nya sebagai Sang Pencipta dianugerahi kemampuan untuk melahirkan kreasi-kreasi atau hal-hal baru dan bermanfaat untuk kemaslahatan atau kesejahteraan seluruh makhluk-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Orang yang pada dirinya bermanifestasi al-Khaliq dianugerahi pengetahuan, kemampuan (skill), dan juga restu Allah, sehingga Dia melihat alam semesta tercermin di dalam dirinya (mikrokosmos). Dari situ, dia dapat mengenal segala sesuatu yang ada di sekelilingnya (makrokosmos). Dia mengenal alam-alam yang telah diciptakan-Nya itu sebaik dia mengenal dirinya sendiri.

12.     Al-Baari’ / Maha Pengada
Yang menjadikan segala sesuatu Atau Yang Maha Pengembang. Tuhan merencanakan Makhluk-Nya dan menuntunnya melalui tahap-tahap dalam proses perkembangannya. Allah bersifat Al-Bari' yang bisa diartikan sebagai Maha Merencanakan Sesuatu.
Dengan sifat-Nya tersebut Allah Subhanahu Wata'ala mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya agar selalu memilki rencana sebelum melakukan segala sesuatu hal. akan tetapi perlu untuk di-ingat, bahwa Allah Subhanahu Wata'ala adalah yang menentukan hasilnya.
Menurut sebagian pendapat ulama' yang lain AL-BARI memiliki makna lebih kepada yang menjadikan segala sesuatu dari tiada menjadi ada.
Allah Subhanahu Wata'ala Melaksanakan dan memunculkan atau mengadakan apa yang dtetapkan menuju ke alam nyata. Dan tidak semua yang bisa menetapkan sesuatu dan mengaturnya mampu untuk melaksanakan dan mewujudkannya, selain Allah Subhanahu Wata'ala.
Dengan mengimani nama tersebut serta mengetahui maknanya, kita semakin menyadari kekuasaan Allah Yang Maha Hebat, serta mengetahui bagaimana luasnya ilmu Allah dan kemampuan-Nya. Di mana tidak mungkin ada yang melakukan itu semua kecuali Dzat yang Maha Berilmu dan Maha Mampu. Ini semua mestinya membuat kita semakin tunduk kepada-Nya dan semakin patuh. Sebagaimana juga mestinya membuat kita semakin bersyukur kepada-Nya karena kita semuadengan bentuk ciptaan yang bagus dan indah ini adalah buah dari Asma Allah Subhanahu Wata'ala tersebut. Allah berfirman:
Artinya:
“ Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Hasr: 24)





13.     Al-Mushowwir / Maha Pembentuk
 هُوَ ٱللَّهُ ٱلۡخَٰلِقُ ٱلۡبَارِئُ ٱلۡمُصَوِّرُۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ٢٤

Artinya:
“ Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Hasr: 24)

Al-Mushawwir secara bahasa berasal dari kata "shawwara" yang berarti memberi rupa dan subtansi bagi sesuatu, sehingga menjadi berbeda dengan yang lainnya. Allah al-Mushawwir, artinya Allah Maha Membentuk Rupa pada semua ciptaan-Nya. Manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan segala yang ada di alam ini diberi bentuk rupa yang terbaik oleh Allah. manusia adalah makhluk yang diberi bentuk rupa paling baik. Al-Qur'an menegaskan,
 لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ٤
Artinya:
“ Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S. At-Tin: 4)

Kita bisa lihat wajah manusia, tidak ada yang sama. Alah-lah yang memberi bentuk wajah-wajah manusia itu. Ibarat sebuah bangunan yang telah selesai dibuat maka perlu diperindah dan diperhalus. Demikian pula dengan penciptaan manusia. Allah menciptakan manusia dengan ukuran tertentu yang tepat (Al-Khaliq), mengadakannya ke alam dunia dari tiada (Al-Bari'), kemudian memberikan bentuk rupa yang bagus (Al-Mushawwir).
Meneladani nama dan sifat Allah Al-Mushawwir berarti ketika membuat sebuah karya, buatlah sebagus-bagusnya. Tidak hanya asal jadi, melainkan indah dan bermanfaat. Misalnya, kita membuat kursi dari anyaman rotan, buatlah dengan semenarik dan sebagus mungkin. Dengan demikian, selain memiliki nilai seni dan ekonomi yang tinggi, kita juga telah meneladani Al-Mushawwir.
Akhirnya, marilah kita berdoa, "Ya Allah Engkau telah membaguskan penciptaanku, maka baguskanlah pula akhlakku." (H.R. Ahmad)




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Menghafal kata-kata Asma’ul Husna amat besar faedahnya bagi Umat Islam dan berpahala membacanya bila dilandasi keyakinan dan membenarkan isinya. Lebih dari itu, memahami dan makrifat terhadap makna hakiki yang terkandung di dalamnya akan membawa kearah pengalaman dan penghayatan, atau dengan kata lain mendarah daging dalam kehidupan. Maka dijamin akan mendapatkan surga keindahan dan kenyamanan yang tiada tara.
B.     Saran
Beribadahlah kepada Allah berdasarkan Asma`ul Husna ini. Karena Dia Maha Penerima Taubat, berdzikir dengan-Nya karena Dia Maha Mendengar, beribadah dengan raga karena Dia Maha Melihat, dengan seterusnya.
Sebagai umat Muslim sudi kiranya Kita “memahami maknanya, dan mempercayainya” atau mampu melaksanakan kandungan-Nya, atau juga mempercayai kandungan makna-maknanya, menghafal, memahami maknanya dan mengamalkan kandungannya. Itu semua insya Allah dapat memperoleh curahan rahmat Ilahi sesuai niat dan usahanya.





















DAFTAR PUSTAKA





















Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat-sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah. Maka, wajib juga dipercayai akan sifat Allah yang dua puluh dan perlu diketahui juga sifat yang mustahil bagi Allah. Sifat yang mustahil bagi Allah merupakan lawan kepada sifat wajib.

Sifat wajib terbagi empat bagian yaitu
nafsiah, salbiah, ma’ani atau ma’nawiah.

B. Sifat-Sifat Wajib Allah

Sifat wajib Allah adalah sifat yang pasti ada pada Allah.
Berikut dibawah ini adalah sifat-sifat allah yang wajib :
  1. Wujud (Ada)
    Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri.
    • Dalil Aqli sifat Wujud
      Adanya semesta alam yang kita lihat sudah cukup dijadikan sebagai alasan adanya Allah, sebab tidak masuk akal seandainya ada sesuatu yang dibuat tanpa ada yang membuatnya.
    • Dalil Naqli sifat Wujud
      جلقالسموات والارض وما بينهمافي ستةايام ﷲالذى
      Allahlah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam (waktu) enam hari. (QS. AS sajdah [32]:4)
  2. Qidam (Dahulu/Awal)
    Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan.
    • Dalil aqli sifat Qidam
      Seandainya Allah tidak qodim, mesti Allah hadits, sebab tidak ada penengah antara qodim dan hadits. Apabila Allah hadits maka mesti membutuhkan muhdits (yang membuat) mislanya A, dan muhdits A mesti membutuhkan kepada Muhdits yang lain, misalnya B. Kemudian muhdits B mesti membutuhkan muhdits yang lain juga, misalnya C. Begitulah seterusnya.Apabila tiada ujungnya, maka dikatakan tasalsul (peristiwa berantau), dan apabila yang ujung membutuhkan kepada Allah maka dikatan daur (peristiwa berputar). Masing-masing dari tasalsul dan daur adalah mustahil menurut akal. Maka setiap yang mengakibatkan tasalsul dan daur, yaitu hudutsnya Allah adalah mustahil, maka Allah wajib bersifat Qidam.
    • Dalil Naqli sifat Qidam
      هوالاول والاخروالظاهروالباطن
      Dialah yang awal dan yang akhir Yang zhohir dan yang bathin. (QS. Al-Hadid [57]:3)
  3. Baqa’(Kekal)
    Allah Akan Kekal dan Abadi Selamanya, Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan
    • Dalil Aqli sifat Baqa’
      Seandainya Allah tidak wajib Baqo, yakni Wenang Allah Tiada, maka tidak akan disifati Qidam. Sedangkan Qidam tidak bisa dihilangkan dari Allah berdasarkan dalil yang telah lewat dalam sifat Qidam.
    • Dalil Naqli Sifat Baqa’
      كلشئ هالك إلاوجهه
      Tiap sesuatu akan binasa (lenyap) kecuali Dzat-nya. (QS. Qoshos [28]:88)
  4. Mukhalafatuhu Lilhawadith (berbeda dengan Ciptaannya/Makhluknya)
    Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama dengan baju yang dibuat orang lain.
    • Dalil Aqli sifat mukhalafah lil hawadits
      Apabila diperkirakan Allah menyamai sekalian makhluknya, niscaya Allah dalah baru (Hadits), sedangkan Allah baru adalah mustahil
    • Dalil Naqli sifat mukhalafah lil hawadits
      ليس كمثله شيئ وهوالسميع البصير
      Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan dia, dan dia-lah yang maha mendengar lagi maha melihat. (QS. Asy-Syuro [42]:11)
  5. Qiyamuhu Binafsihi (Allah Berdiri Sendiri)
    Artinya Bahwa Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan.Contohnya,
    Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun.
    • Dalil Aqli sifat Qiyamuhu Binafsihi
      Seadainya Allah membutuhkan dzat, niscaya Allah adalah sifat, sebab hanya sifatlah yang selalu membutuhkan dzat, sedangkan dzat selamanya tidak membutuhkan dzat lain untuk berdirinya.
      Dan apabila Allah “Sifat” adalah mustahil, sebab apabila Allah “sifat”, maka Allah tidak akan disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah, sedangkan sifat tersebut adalah termasuk sifat-sifat yang wajib bagi Allah berdasarkan dalil-dalil tertentu. Berarti apabila Allah tidak disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah adalah salah (Bathil), dan batal pula sesuatu yang mengakibatkannya, yaitu butuhnya Allah kepada dzat. Apabila batal butuhnya Allah kepada dzat maka tetap Maha kaya (istighna)nya Allah dari dzat.
      Seandainya Allah membutuhkan sang pncipta, niscaya Allah baru (Hadts), sebab yang membutuhkan pencipta hanyalah yang baru sedangkan dzat qodim tidak membutuhkannya. Dan mustahil Allah Hadits, karena segala sesuatu yang hadits harus membutuhkan sang pencipta (mujid) yang kelanjutannya akan mengakibatkan daur atau tasalul.
    • Dalil Naqli Sifat Qiamuhu Binafsihi
      إن اﷲ لغنى عن العا لمين
      Sesungguhnya Allah benar-benar maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta. (QS. Al Ankabut [29]:6)
  6. Wahdaniyyah (Tunggal/Esa)
    Artinya adalah Bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa., baik itu Esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatannya.Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan seterusnya.Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong.Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang.
    • Dalil Naqli
      لوكان فيهماالهةإلااﷲ لفسد تا
      Seandainya di langit dan dibumi ada tuhan-tuhan selain Allah, niscaya langit dan bumi akan rusak. (QS. Al Anbiya [21]:22)
  7. Qudrat (Berkuasa)
    Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi.
    • Dalil Aqli sifat Qudrot
      Dalilnya adalah adanya alam semesta.
      Proses penyusunan dalilnya, jika Allah tidak berkemampuan niscaya Allah lemah(‘Ajzun), dan apabila Allah lemah maka tidak akan mampu menciptakan makhluk barang sedikitpun.
    • Dalil Naqli sifat Qudrot
      إن اﷲعلى كل شيى قد ير
      Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah [2]:20)
  8. Iradah (berkehendak)
    Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapa pun Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas.
    • Dalil Aqli sifat Irodat.
      Dalilnya adalah adanya alam semesta.
      Proses penyusunan dalil, seasndainya allah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat terpaksa (karohah), dan allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak disifatinya Allah dengan sifat qudrot adalah mustahil, sebab akanberakibat lemahnya Alla, sedangkan lemahnya Allah adalah mustahi, karena tidak akan mampu membuat makhluk barang sedikitpun.
    • Dalil Naqli sifat Irodat.
      ان ربك فعال لمايريد
      Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki.
      (QS. Hud[50]:107)
  9. Ilmu (Mengetahui)
    Artinya Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib.Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak seperti semula.Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?.
    • Dalil Aqli sifat Ilmu
      Dalilnya adalah adanya alam semesta.
      Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tak berilmu niscaya tidak akan berkehendak, sedangkan allah tidak berkehendak adalah mustahil, karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah. Sedangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat barang makhluk sedikitpun.
    • Dalil Naqli sifat Ilmu
      وهوبكل شيى عليم
      Dan dia maha mengetahui segala sesuatu.
      (QS.Al Hadid [57]:3 atau QS. Al Baqaroh [2]:29)
  10. Hayat (Hidup)
    Artinya Hidupnya Allah tidak ada yang menghidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya.
    Contohnya :
    Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak.
    • Dalil Aqli sifat hayat
      Dalilnya adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tidak hidup maka tidak akan disifati Qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan Qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah, seangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat alam semesta.
    • Dalil Naqli sifat Hayat
      Firman Allah :
      وتو كل على الحى الذ ى لايمو ت
      Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup yang tidak mati. (QS. Al-Furqon [25]:58)
  11. Sama’ (Mendengar)
    Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia.Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu.
    DALIL :
    ”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” … (QS Al Maidah :76)
  12. Basar ( Melihat )
    Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT.
    DALIL:
    ”………Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” … (al-Baqarah: 265)
    Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT.
  13. Kalam ( Berbicara / Berfirman )
    Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia.Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.
    DALIL :
    ”……. Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas”
    (QS AnNisa’ :164)Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar.
  14. Kaunuhu Qadirun
    Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.
    DALIL
    “Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu“ (QS. Al Baqarah :20).
  15. Kaunuhu Muridun
    Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu, Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia.
    DALIL
    “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki“ … (QS. Hud :107)
  16. Kaunuhu ‘Alimun
    Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu, mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi, Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.
    DALIL
    “Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu“ … (QS. An Nisa’ :176)
  17. Kaunuhu Hayyun
    Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup, Allah adalah Dzat Yang Hidup, Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah.
    DALIL
    “Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati“
    (QS. Al Furqon :58)
  18. Kaunuhu Sami’un
    Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar, Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya.
    DALIL
    “Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui“ … (QS. Al Baqoroh :256).
  19. Kaunuhu BasirunYAitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.
    DALIL
    “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ … (QS. Al Hujurat :18)
  20. Kaunuhu Mutakallimun
    Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata, Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran.
    Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt.

C. Sifat-Sifat Mustahil bagi Allah

Sifat Mustahil Bagi Allah artinya Sifat Yang Tidak Mungkin ada pada Allah Swt. Sifat Mustahil Allah merupakan Lawan Kata/Kebalikan dari Sifat Wajib Allah
Berikut dibawah ini adalah 20 sifat-sifat mustahil bagi Allah swt.
  1. ‘Adam, artinya tiada (bisa mati)
  2. Huduth, artinya baharu (bisa di perbaharui)
  3. Fana’, artinya binasa (tidak kekal/mati)
  4. Mumathalatuhu Lilhawadith, artinya menyerupai akan makhlukNya
  5. Qiyamuhu Bighayrih, artinya berdiri dengan yang lain (ada kerjasama)
  6. Ta’addud, artinya berbilang – bilang (lebih dari satu)
  7. ‘Ajz, artinya lemah (tidak kuat)
  8. Karahah, artinya terpaksa (bisa di paksa)
  9. Jahl, artinya jahil (bodoh)
  10. Maut, artinya mati (bisa mati)
  11. Syamam, artinya tuli
  12. ‘Umy, artinya buta
  13. Bukm, artinya bisu
  14. Kaunuhu ‘Ajizan, artinya lemah (dalam keadaannya)
  15. Kaunuhu Karihan, artinya terpaksa (dalam keadaannya)
  16. Kaunuhu Jahilan, artinya jahil (dalam keadaannya)
  17. Kaunuhu Mayyitan, artinya mati (dalam keadaannya)
  18. Kaunuhu Asam, artinya tuli (dalam keadaannya)
  19. Kaunuhu A’ma, artinya buta (dalam keadaannya)
  20. Kaunuhu Abkam, artinya bisu (dalam keadaannya)

Rangkuman (Table Sifat-Sifat Wajib Allah dan Sifat-Sifat Mustahil Bagi Allah )

Tabel ini kami buat untuk memudahkan anda dalam menghafal dan memahaminya
No.
Sifat Wajib Allah
Tulisan Arab
Arti
Jenis Sifat
Sifat Mustahil Allah
Tulisan Arab
Arti
1
Wujud
ﻭﺟﻮﺩ
Ada
Nafsiah
Adam
ﻋﺪﻡ
Tiada
2
Qidam
ﻗﺪﻡ
Terdahulu
Salbiah
Huduts
ﺣﺪﻭﺙ
Baru
3
Baqa
ﺑﻘﺎﺀ
Kekal
Salbiah
Fana
ﻓﻨﺎﺀ
Berubah-ubah (akan binasa)
4
Mukhalafatuhu lilhawadis
ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ
Berbeda dengan makhluk-Nya
Salbiah
Mumathalatuhu lilhawadith
ﻣﻤﺎﺛﻠﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ
Menyerupai sesuatu
5
Qiyamuhu binafsih
ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻨﻔﺴﻪ
Berdiri sendiri
Salbiah
Qiamuhu bighairih
ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻐﻴﺮﻩ
Berdiri-Nya dengan yang lain
6
Wahdaniyat
ﻭﺣﺪﺍﻧﻴﺔ
Esa (satu)
Salbiah
Ta’addud
ﺗﻌﺪﺩ
Lebih dari satu (berbilang)
7
Qudrat
ﻗﺪﺭﺓ
Kuasa
Ma’ani
Ajzun
ﻋﺟﺰ
Lemah
8
Iradat
ﺇﺭﺍﺩﺓ
Berkehendak (berkemauan)
Ma’ani
Karahah
ﻛﺮﺍﻫﻪ
Tidak berkemauan (terpaksa)
9
Ilmu
ﻋﻠﻢ
Mengetahui
Ma’ani
Jahlun
ﺟﻬﻞ
Bodoh
10
Hayat
ﺣﻴﺎﺓ
Hidup
Ma’ani
Al-Maut
ﺍﻟﻤﻮﺕ
Mati
11
Sama’
ﺳﻤﻊ
Mendengar
Ma’ani
Sami
ﺍﻟﺻمم
Tuli
12
Basar
ﺑﺼﺮ
Melihat
Ma’ani
Al-Umyu
ﺍﻟﻌﻤﻲ
Buta
13
Kalam
ﻛﻼ
Berbicara
Ma’ani
Al-Bukmu
ﺍﻟﺑﻜﻢ
Bisu
14
Kaunuhu qaadiran
ﻛﻮﻧﻪ ﻗﺎﺩﺭﺍ
Keadaan-Nya yang berkuasa
Ma’nawiyah
Kaunuhu ajizan
ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﺟﺰﺍ
Keadaan-Nya yang lemah
15
Kaunuhu muriidan
ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺮﻳﺪﺍ
Keadaan-Nya yang berkehendak menentukan
Ma’nawiyah
Kaunuhu mukrahan
ﻛﻮﻧﻪ مكرها
Keadaan-Nya yang tidak menentukan (terpaksa)
16
Kaunuhu ‘aliman
ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﻟﻤﺎ
Keadaan-Nya yang mengetahui
Ma’nawiyah
Kaunuhu jahilan
ﻛﻮﻧﻪ ﺟﺎﻫﻼ
Keadaan-Nya yang bodoh
17
Kaunuhu hayyan
ﻛﻮﻧﻪ ﺣﻴﺎ
Keadaan-Nya yang hidup
Ma’nawiyah
Kaunuhu mayitan
ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻴﺘﺎ
Keadaan-Nya yang mati
18
Kaunuhu sami’an
ﻛﻮﻧﻪ ﺳﻤﻴﻌﺎ
Keadaan-Nya yang mendengar
Ma’nawiyah
Kaunuhu ashamma
ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺻﻢ
Keadaan-Nya yang tuli
19
Kaunuhu bashiiran
ﻛﻮﻧﻪ ﺑﺼﻴﺭﺍ
Keadaan-Nya yang melihat
Ma’nawiyah
Kaunuhu a’maa
ﻛﻮﻧﻪ ﺃﻋﻤﻰ
Keadaan-Nya yang buta
20
Kaunuhu mutakalliman
ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺘﻜﻠﻤﺎ
Keadaan-Nya yang berbicara
Ma’nawiyah
Kaunuhu abkam
ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺑﻜﻢ
Keadaan-Nya yang bisu

 

 

D. Sifat Ja’iz Bagi Allah Swt

Sifat Jaiz bagi Allah artinya boleh bagi Allah Swt mengadakan sesuatu atau tidak mengadakan sesuatu atau di sebut juga sebagai “mumkin”. Mumkin ialah sesuatu yang boleh ada dan tiada.
Ja’iz artinya boleh-boleh saja, dengan makna Allah Swt menciptakan segala sesuatu, yakni dengan tidak ada paksaan dari sesuatupun juga, sebab Allah Swt bersifat Qudrat (kuasa) dan Iradath (kehendak), juga boleh – boleh saja bagi Allah Swt meniadakan akan segala sesuatu apapun yang ia mau.






No comments:

Post a Comment