Sunday, 19 March 2017

MAKALAH FENOMENA GEOGRAFI SUNAMI



MAKALAH
FENOMENA GEOGRAFI
SUNAMI
Disusun oleh :

1.     ANA TASYA.A       (01)
2.     ANDRIAN.A           (02)
3.     APRILIAN              (03)
4.     ARCENDY.S.N       (04)
5.     BETA A.P                (05)


SMA NEGERI 1 KEDUNGGALAR
TAHUN PELAJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis agar dapat menyelesaikan paper yang berjudul “SEBAB TIMBULNYA GELOMBANG TSUNAMI”
Saya sebagai penulis sangat menyadari bahwa dalam menyelesaikan paper ini masih jauh dari kesempurnaan dan kekurangan karena keterbatasan data dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari kalangan pembimbing untuk kesempurnaan makalah  ini.
Akhir kata, penulis mengharap paper yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
 
Kedunggalar,26 Nopember 2016


                Penulis 






















DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL                                                                                                                        i
LEMBAR PERSETUJUAN                                                                                                           ii
KATA PENGANTAR                                                                                                         iii
DAFTAR ISI                                                                                                                         iv
BAB I :      PENDAHULUAN.
1.1. Latar Belakang                                                                                                                 1
1.2. Tujuan dan Manfaat                                                                                                         1
BAB II :    KAJIAN TEORI
A.  Definisi Tsunami                                                                                                               2
B.  Gempa bumi yang berpusat di bawah laut                                                                        2
C. Letusan Gunung Berapi                                                                                                     2
D.Longsor bawah laut.                                                                                                           3
E.  Hantaman Meteor di Laut                                                                                                 3
F. Gejala Tsunami                                                                                                                   3
G. Sistem Peringatan DIni                                                                                                      3
H.Rambatan Tsunami                                                                                                             5
I.Karakteristik Tsunami                                                                                                          6
J. Skema Terjadinya Tsunami                                                                                                 6
K.Dampak Tsunami                                                                                                                7
L. Mitigasi Tsunami                                                                                                                8

BAB IV :   PENUTUP.
Kesimpulan dan Saran.                                                                                                           11

DAFTAR PUSTAKA                                                                                                          12







BAB I
PENDAHULUAN
A.         Latar Belakang
Gempa bumi dan tsunami, 26 Desember 2004, yang menimpa Aceh dan telah menyebabkan hampir 230.000 penduduk meninggal dunia dan 600.000 penduduk kehilangan tempat tinggal. Sebanyak 1.644 kantor pemerintah, 270 pasar, 239 pertokoan hancur, 2.732 tempat peribadatan rusak, lebih dari 1.151 sekolah dan pesantren, 33 rumah sakit dan rumah bersalin musnah,
Ketika tsunami melanda wilayah Aceh dan Nias pada tanggal 26 Desember 2004 lalu, lebih dari dua ratus ribu jiwa meninggal dunia dan dinyatakan hilang. Hal ini dapat di depinisikan sebagai berikut, yaitu :
a.      Sebagai kuasa Tuhan
b.      Adanya kearifan lokal, dan
c.      Topografi wilayah
Prinsip masyarakat Aceh dan Simeulue yang sangat agamis seringkali mengkaitkan berbagai peristiwa di dunia ini dengan aspek ketuhanan, sehingga peristiwa tsunami juga dianggap sebagai bagian dari cobaan terhadap keimanan manusia. Alasan kedua, adanya suatu “kearifan” lokal dalam bentuk cerita turun temurun tentang peristiwa tsunami yang pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya. Salah satu nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Simeulue adalah apabila terjadi suatu gempa kuat yang diiringi dengan surutnya air laut, maka masyarakat harus naik ke wilayah yang lebih tinggi. Kondisi topografi wilayah di sebagian besar permukiman di pulau Simeulue yang berbukit-bukit juga memudahkan masyarakat untuk segera menyelamatkan diri.
Dari penjelasan di atas, maka penulis dapat menarik sebuah judul yaitu “SEBAB TIMBULNYA GELOMBANG TSUNAMI YANG MENDERA MASYARAKAT ACEH” yang akan dibahas lebih lanjut dalam paper ini.
B.          Tujuan dan Manfaat
Dari penulisan paper di atas tujuan dan manfaat paper ini adalah :
a.      Sebagai syarat untuk mengikuti ujian Nasional
b.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud tsunami
c.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya tsunami
d.      Sistem peringatan dini saat terjadi tsunami







BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Penyebab tsunami

Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu. Faktor penyebab terjadinya tsunami ini adalah:

B.     Gempa bumi yang berpusat di bawah laut

Meskipun demikian, tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi menimbulkan tsunami. Gempa bumi dasar laut dapat menjadi pernyebab terjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai berikut:

·         Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
·         Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
·         Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR.
·         Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atau turun).

Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup  besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang terjadi.
 Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu  massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik, batu  bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum  terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja  menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera  yang mampu untuk membangkitkan tsunami. Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal dan  memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari  kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi.  Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang  tsunami dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga  dengan subduksi.

C.Letusan Gunung Berapi

Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa akibat letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat meletusnya Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat padatanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang melanda Jawa Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beradadi wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.

D Longsor bawah laut.

Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng samudera dan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut dan pegunungan. Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama tsunamic submarine landslide.

E.Hantaman Meteor di Laut

Jatuhnya meteor berukuran besar di laut juga merupakan penyebab terjadinya tsunami.

F. Gejala Tsunami

·                Diawali dengan gempa bumi.
·                Air laut tiba-tiba surut
·                Bau garam menyengat
·                Langit tampak berwarna hitam
·                Terjadi ledakan yang dahsyat

G. Sistem Peringatan DIni

Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii, mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atu permukaan laut yang terknoneksi dengansatelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama dengan perangkat yang mengapung di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.

Sistem peringatan dini di indonesia
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.

Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen:
1.            Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko,
2.            Peramalan,
3.            Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut),
4.            Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.



Cara Kerja
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.
                                                                     
H.Rambatan Tsunami

Kecepatan rambat gelombang tsunami berbeda-beda, tergantung pada kedalaman laut. Di laut dalam, kecepatan rambat tsunami mencapai 500 – 1000km per jam atau setara dengan kecepatan pesawat terbang namun ketinggiangelombangnya hanya sekitar 1 meter.Ketika gelombang tsunami ini sudah mendekati pantai, kecepatan rambatnya hanya sekitar 30 km per jam, oleh tsunami.



I.                   Karakteristik Tsunami

a.         Kecepatan Tsunami
Secara empiris, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan gravitasi  di tempat tersebut. Untuk di laut dalam, kecepatan tsunami bisa setara dengan kecepatan  pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin dangkal lautnya, kecepatan tsunami semakin  berkurang, yaitu berkisar antara 2 – 5 km/jam.

b.         Ketinggian Tsunami
 Ketinggian gelombang Tsunami berbanding terbalik dengan kecepatanya. Artinya, jika  kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya beberapa puluh  centimeter saja. Sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan tsunaminya kecil, sedangkan  ketinggian gelombangnya cukup tinggi, bisa mencapai puluhan meter.
 Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah bentuk  pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :

1.         Pantainya terjal
Bentuk pantai seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi tsunami dipantulkan oleh  slope (pembatas). Sehingga pemantulannya secara utuh mengikuti periode tsunami, tanpa  pecah. Tinggi gelombang yang gelombang yang dihasilkan antara 1 – 2 meter.

2.         Pantainya Landai
Bentuk pantai ini mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh pantai, disini berlaku  prinsip dasar energi, yakni energi selalu konstan. Sehingga jika kecepatannya berkurang  maka amplitudonya besar, panjang gelombangnya berkurang dan mengakibatkan pecahnya  gelombang. Hal inilah yang mengakibatkan tinggi gelombang tsunami bisa mencapai puluhan  meter.

J.       Skema Terjadinya Tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

K.      Dampak Tsunami

Dampak Positif dari bencana tsunami       :
1.      Bencana alam merenggut banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan menjadi terbuka luas bagi yang masih hidup
2.      Kegunaan secara Psikologis: Menjalin kerjasama dan bahu- membahu untuk menolong korban bencana, menimbulkan efek kesadaran bahwa manusia itu saling membutuhkan satu sama lain.
3.      Kita bisa mengetahui samapai dimanakah konstruksi bangunan kita serta kelemahannya, dan kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan apabila bencana tersebut datang kembali tetapi dengan konstruksi yang lebih baik.
Dampak Negatif dari bencana tsunami
1.      Merusak apa saja yang dilaluinya. bangunan, tumbuh-tumbuhan dan dan mengakibatkan korban jiwa manusia, serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
2.      Banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban, sehingga sulit mencari lagi tenaga ahli yang sesuai dalam bidang pekerjaannya.
3.      Pemerintah akan kewalahan dalam pelaksanaan pembangunan pasca bencana, karena faktor dana yang besar.
4.      menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencana yang kehilangan harta benda.
L. Mitigasi Tsunami

Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi atau menghilangkan resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap manusia dan harta-benda” (FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala pihak terkait pada tingkat negara, masyarakat dan individu.

Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan menerapkan teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting tersebut: 1) penilaian bahaya (hazard assessment), 2) peringatan (warning), dan 3) persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi. Unsur kunci lainnya yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat mendukung adalah penelitian yang terkait (tsunami-related research).

2.2     Penyebab Gelombang Tsunami
Gempa-gempa yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah gempa yang terjadi di dalam laut. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km, magnitudo lebih besar dari 6,0 skala Richter, serta jenis penyesaran gempa tergolong, sesar naik atau sesar turun.
Pasca bencana gempa dan gelombang tsunami di Nangroe Aceh Darussalam 26 Desember 2004, kata “tsunami” kini makin populer di Indonesia. Padahal sejak 1992 tsunami mulai dikenal masyarakat di negeri ini ketika terjadi bencana tsunami di Flores pada 12 Desember. Meski mulai dikenali, namun belum dipahami secara benar.
Dikatakannya bahwa kecepatan penjalaran gelombang tsunami, berkisar antara 50 km sampai 1.000 km per jam. Pada saat mendekati pantai, kecepatannya semakin berkurang karena adanya gesekan dasar laut. Tetapi tinggi gelombang tsunami justru akan bertambah besar pada saat mendekati pantai. Ia menyebutkan gelombang tsunami mencapai ketinggian maksimum pada pantai berbentuk landai dan berlekuk seperti teluk dan muara sungai. Pada pantai semacam ini, tinggi gelombang tsunami dapat mencapai puluhan meter. Seperti gempa Flores tahun 1992 dengan magnitudo 6,8 SR secara teoritis akan menghasilkan gelombang tsunami setinggi satu sampai dua meter di episentrum gempa. Namun, pada saat tiba di pantai Flores, gelombang tsunami mencapai ketinggian maksimum sekitar 24 meter.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut dimana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai, tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan massa air. Saat mencapai pantai, tsunami akan merayap masuk daratan, jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi mega tsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

Potensi tsunami di Indonesia
Berdasarkan katalog gempa (1629 – 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 109 kali, yakni 1 kali akibat longsoran (landslides), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempa bumi tektonik. Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip,  yang terbanyak adalah tipe thrust (Flores, 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba, 1977). Gempa dengan mekanisme fokus strike slip kecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan tsunami.
Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah :
a.      Air laut yang surut secara tiba-tiba
b.      Bau asin yang sangat menyengat
c.      Dari kejauhan tampak gelombang putih/suara gemuruh yang sangat keras.
Tsunami terjadi jika :
a.      Gempa besar dengan kekuatan gempa > 6,5 SR
b.      Lokasi pusat gempa di laut
c.      Kedalaman dangkal < 40 km
d.      Terjadi deformasi vertikal dasar laut
Dampak Tsunami Aceh di NTB
Salah satu desa dampingan P2KP yaitu Desa Lembar, Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat, NTB pada 26 desember 2004 lalu terkena dampak tsunami Aceh berupa gelombang air pasang setinggi 5 meter. Dalam peristiwa tersebut tidak ada korban jiwa, namun sebanyak 20 rumah di pesisir pantai dan 9 bagan nelayan hanyut. Dari musibah tersebut, Pemda Lombok Barat mengambil langkah antisipasi dini dengan mengevakuasi sejumlah 1.045 jiwa penduduk atau sekitar 238 KK pada 27 Desember 2004 lalu.
Jumlah para pengungsi yang ditampung di gudang Dolog Pemda Lombok Barat sebanyak 645 jiwa serta 403 jiwa ditampung di workshop PU provinsi NTM. Masyarakat peduli sesama dan Pemda Lombok Barat menyalurkan bantuan pangan berupa beras, mie instan, air mineral dan bahan pangan lainnya. Personil P2KP juga menghimpun dana bantuan yang dikoordinir oleh team leader KMW 10 NTB, Asfan Syufainal serta Korkot 1 kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, Hartatik. Dana tersebut telah disalurkan dalam bentuk bahan pangan berupa beras 20 kg, mie instan 10 dos dan sabun cuci 10 dos.
Pemetaan swadaya di desa tersebut telah dilakukan sebelum dampak tsunami datang memporak-porandakan lingkungan perumahan dan pemukiman penduduk. Kini, masalah yang paling prioritas adalah tidak terdapatnya jembatan penyeberangan sepanjang 20 meter yang menghubungkan dusun Cemara dengan desa induknya. Setelah musibah melanda, masyarakat dusun Cemara melalui tim PS telah mengajukan permohonan (kepada fasilitator) agar pemetaan swadaya diulang melalui rembuk masyarakat guna penetapan prioritas mendesak saat ini.
Gubernur NTB Lalu Serinata saat meninjau lokasi tersebut mengungkapkan kesediaannya guna membiayai pembangunan jembatan penyeberangan tersebut. Dukungan P2KP sebatas pada perbaikan lingkungan perumahan dan pemukiman yang berupa MCK dan SPAL. Sebanyak 1.043 orang pengungsi pada 3 Januari 2005 lalu telah dipulangkan di kampungnya di dusun Cemara, Desa Lembar oleh Pemda Lombok Barat. Sedangkan untuk 2 orang penduduk yang masih sakit, tengah dirawat di RSU Gerung Lombok Barat (Hartatik, Korkot 1 Lombok Barat dan kota Mataram).






















BAB IV
PENUTUP

4.1.  Kesimpulan dan Saran
Dari hasil pemaparan karya ilmiah ini dari awal hingga akhir, sebagai uraian penutup kiranya penulis perlu memberikan beberapa langkah kongkret yang dapat kita lakukan saat daerah kita dilanda tsunami. Adapun langkah-langkah tersebut antara lain :
a. Saat Tsunami Datang
1.     Jangan panik
2.     Jangan menjadikan gelombang tsunami sebagai tontonan. Apabila gelombang tsunami dapat dilihat, berarti kita berada di kawasan yang tidak aman.
3.     Jika air laut surut dari batas normal, tsunami mungkin terjadi.
4.     Bergeraklah dengan cepat ke tempat yang lebih tinggi, ajaklah keluarga dan orang di sekitar turut serta tetaplah di tempat aman sampai air laut benar-benar surut. Jika Anda sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat.
5.     Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah ditentukan.
6.     Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan seperti di atas, carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya sampai ke lantai 3).
7.     Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan Anda tidak membawa apa-apa
       b. Sesudah Tsunami
1.      Ketika kembali ke rumah, jangan lupa memeriksa kerabat satu     persatu.
2.      Jangan memasuki wilayah yang rusak, kecuali setelah dinyatakan aman.
3.      Hindari instalasi listrik.
4.      Datangi posko bencana untuk mendapatkan informasi. Jalinlah komunikasi dan kerja sama dengan warga sekitar.
5.      Bersiaplah untuk kembali ke kehidupan yang normal.









DAFTAR PUSTAKA
1.      Moch. Ma’ruf Tanudjaja. 1995. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Jakarta : Balai Pustaka.
2.      Anonim. 1987. Atlas Geografi Indonesia dan Dunia. Jakarta : Pustaka Ilmu.
3.  

No comments:

Post a Comment