MAKALAH
SUNAN AMPEL
DISUSUN
OLEH :
1. EVIRIKA VIDIA SARI (07)
2. MIA SARTIKA SARI (09)
MTsN KEDUNGGALAR
Tahun pelajaran 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji
syukur saya (penyusun) panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang
berlimpah, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan
kami. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk
selanjutnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi
kami sendiri dan juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
Kami
menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar
bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir
kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua.
Amin-amin
yarabbal ‘alamin.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Kedunggalar,26 november 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Walisongo” berarti sembilan orang waliMereka
adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan
Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati.
Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain
mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan
guru-murid
Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
B.
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik
dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri
sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para
kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya
kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni
nuansa Hindu dan Budha.
Artikel cerita Islami kali ini mengulas mengenai kisah wali songo, yaitu Kisah Maulana Malik
Ibrahim sang penyebar agama islam di tanah jawa dengan budi pekerti yang baik.
Adalah pemimpin wali sango. Mengapa beliau dapat disebut sebagai pemimpin wali sango? Karena beliau adalah wali yang paling pertama dan wali tertua dari
anggota wali sango lainnya. Maulana malik ibrahim adalah salah satu anggota
wali songo yang menyebarkan islam pertama kali di pulau jawa, khususnya daerah
gresik dan sekitarnya.
Maulana
Malik Ibrahim Dalah salah satu ulama’ yang perlu kita ketahui kisah dan
sejarhnya dengan harapan bisa memberikan motivasi dan suri tauladan pada kita semua.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana biografi Maulana Malik Ibrahim?
2.
bagaimana Maulana Malik Ibrahim menyebarkan
Islam?
3.
Apa saja peninggalan Maulana Malik Ibrahim?
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
· Untuk
mengetahui biografi Maulana Malik
Ibrahim.
· Untuk mengetahui cara Maulana Malik Ibrahim menyebarkan Islam.
· Untuk mengetahui peninggalan Maulana Malik Ibrahim.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1.
Biografi
Maulana Malik Ibrahim.
Ia putera tertua Maulana Malik
Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden
Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan
dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta,
wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang)
Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.
Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.
Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.
Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.”
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.
Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.
Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.
Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.
Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.”
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.
Dalam
sejarah perwalian wali songo, Maulana Malik Ibrahim merupakan wali yang tertua
dari Sembilan wali atau wali songo / wali sanga / wali 9.
Maulana Malik Ibrahim, atau
Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada
paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi,
mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi
Asmarakandi.
Maulana
Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana
Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden
Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana
Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini
sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.
Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak
tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka
adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias
Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M
Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa
versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang
ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam
wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan
Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.
Aktivitas
pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka
warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu
secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat
secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati
istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih
kerabat istrinya.
Kakek Bantal
juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah
kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu
mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis
ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat
belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini
terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.
2.1.
Beberapa Cara Maulana Malik Ibrahin Menyebarkan Islam.
Maulana
Malik Ibrahim, dikenal pula dengan sebutan Syekh Maghribi atau juga Sunan
Gresik. Meskipun beliau bukan asli orang Jawa, namun beliau berjasa kepada
masyarakat. Karena beliaulah yang mula pertama menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Sehingga
berkat usaha dan jasanya, penduduk pulau Jawa yang kebanyakan masih beragama
Hindu dan Buddha di kala itu akhirnya mulai banyak yang memeluk Islam. Adapun
dari kalangan orang-orang Hindu, hanya dari kasta-kasta Waisya dan Sudra yang
dapat diajak memeluk Islam. Sedang dari kasta-kasta Brahmana dan Ksatria pada
umumnya tidak suka memeluk Islam, bahkan tidak sedikit dari kalangan Brahmana
yang lari sampai ke Pulau Bali serta menetap di sana. Mereka akhirnya
mempertahankan diri hingga sekarang dan agama mereka kemudian dikenal dengan
sebutan agama Hindu Bali.
Maulana
Malik Ibrahim mulai menyiarkan Islam di tanah Jawa bagian timur. Dari sanalah
beliau memulai menyingsingkan lengan bajunya, berjuang untuk mengembangkan
Islam. Adapun caranya pertama-tama ialah dengan jalan mendekati pergaulan
dengan masyarakat. Dengan budi bahasa yang ramah tamah serta ketinggian akhlak,
sebagaimana diajarkan Islam, hal itu senantiasa diperlihatkannya di dalam
pergaulan sehari-hari. Beliau tidak menentang secara tajam kepada agama dan
kepercayaan hidup dari penduduk asli. Begitu pula beliau tidak menentang secara
spontan terhadap adat istiadat yang ada serta berlaku dalam kehidupan mereka,
melainkan beliau hanya memperlihatkan keindahan dan ketinggian ajaran-ajaran
dan didikan yang dibawa Islam. Berkat keramahtamahannya serta budi bahasa dan pergaulannya
yang sopan santun itulah, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam Islam.
Untuk
mempersiapkan kader umat yang terdidik bagi melanjutkan perjuangan guna
menegakkan ajaran-ajaran Islam, maka dibukanyalah pesantren-pesantren yang
merupakan perguruan Islam tempat mendidik serta menggembleng para siswa sebagai
calon muballigh Islam untuk masa depan. Bertambah banyak orang yang masuk
Islam, bertambah berat pula tugas dan pekerjaannya. Tentu saja orang-orang itu
tidak dibiarkan begitu saja. Mereka harus diberi didikan dan penerangan
secukupnya sehingga keimanannya menjadi kuat dan keyakinannya menjadi kokoh.
3.1.
Peninggalan Maulana Malik Ibrahim
Masjid
Tertua di tanah Jawa ternyata ada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Masjid
tersebut adalah Masjid Pesucinan, satu-satunya masjid peninggalan Syekh Maulana
Malik Ibrahim, di Dusun Pesucinan, Desa Leran, Kecamatan Manyar Gresik, yang
kini dikenal dengan Masjid Tertua di pulau Jawa.
Dalam
catatan sejarah perjalanan panjang Syeikh Maulana Malik Ibrahim ke Pulau Jawa,
daerah yang pertama kali dituju dan disinggahi adalah Desa Sembolo atau
yang kini dikenal dengan Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik, pada tahun 1389
Masehi. Dahulu, desa ini berada dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit, dan
terletak persis di bibir laut Jawa, 9 kilometer dari pusat kota Gresik
sekarang.
Sayangnya,
Tidak banyak catatan sejarah yang bercerita mengenai keberadaan Masjid
Pesucinan yang berlokasi di tengah-tengah areal pertambakan tersebut.
Sebab letaknya yang sulit dijangkau oleh kendaraan besar seperti
bus pariwisata, membuat masjid yang berumur sekitar 664 tahun ini tampak asing
dari hiruk pikuk kunjungan wisatawan, seperti masjid bersejarah pada umumnya di
negeri ini.
Masjid
peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim ini, dipercaya penduduk setempat dan
beberapa ahli sejarah merupakan masjid tertua di pulau Jawa peninggalan Syeikh
maulana Malik Ibrahim, salah seorang diantara tokoh wali songo yang terkenal.
Secara kasat
mata, masjid ini tidak terlihat mempunyai nilai sejarah tinggi, sebab telah
beberapa kali mengalami pemugaran. Bahkan, dari beberapa catatan yang dihimpun
Gresikgress.com, Masjid Pesucinan sudah di pugar beberapa kali, dan pemugaran
terakhir terjadi pada tahun 2005.
BAB
III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
Tiada gading yang tak rentak
begitulah kata pepatah. Seperti halnya makalah ini, masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kritik saran dari pembaca yang bersifat membangun
sangat kami harapan agar makalah ini bisa menjadi referensi dalam pembelajaran
sejarah peradaban islam.
Daftar
Pustaka
No comments:
Post a Comment